Google Search

Senin, 09 Februari 2009

Aku Untuk Negeriku Competition


Indonesia. Tanah air tercinta yang patut dibanggakan. Selayaknya para penyair terdahulu yang telah menciptakan berbagai senandung tentang keindahan negeri elok yang kan terkenang selamanya, begitulah rupanya negara kepulauan ini memberikan artinya untukku. Aku lahir dan dibesarkan disini, memperoleh kewarganegaraan dan sudah seharusnya menjadi warganegara yang baik di negeri tercinta ini.
Hidup di Tanah Air Indonesia mengkondisikanku pada keadaan yang harus disadari, penuh perjuangan. Kita semua tahu bahwa


hidup memang butuh pengorbanan. Indonesia memang bukan negara tandus hingga rakyat kesulitan memperoleh pangan, apalagi sekedar air. Tapi, tetap saja Indonesia yang subur tak kan tumbuh sesuai dengan apa yang kita harapkan tanpa kecintaan yang sesungguhnya terhadap bangsa dan negara. Kita dapat melihat betapa kayanya Indonesia, dengan sebutan negara kepulauannya, jumlah pulau yang dimiliki Indonesia mencapai 17.500 pulau, luas wilayah indonesia adalah 8 juta kilometer persegi, luas laut 5,8 juta kilometer persegi dan luas daratan 1,9 juta kilometer persegi dengan tanahnya yang subur, iklimnya yang kondusif, terletak secara strategis dan berada di garis khatulistiwa, serta Sumber Daya Alamnya yang berlimpah. Namun, apalah arti semua itu tanpa rakyatnya, sebagai Sumber Daya Manusia yang sudah sepatutnya memberikan segala hal yang terbaik yang dapat dilakukan demi pengabdian pada negara.
Belajar dari sejarah, aku diajarkan untuk sadar diri, apa sesungguhnya yang seharusnya ku lakukan sehubungan dengan perananku sebagai warganegara. Bagaimana mungkin aku dapat mengabaikan perjuangan para pahlawan terdahulu yang rela menyerahkan jiwa raganya demi bangsa dan negara, seberapa tega aku dapat membiarkan Indonesia yang telah mengumandangkan proklamasinya dengan susah payah kini terpuruk seolah hampir tak berdaya. Seberapa pun besarnya ego atau sikap acuh tak acuh yang mungkin timbul, tidak selayaknya membuat kita lupa tentang apa yang diinginkan Indonesia dari kita, rakyatnya.
Berbagai masalah telah melanda negeri ini, sejak masih dijajah ketika rakyat Indonesia disiksa dengan tanpa perikemanusiaan, lalu masa awal kemerdekaan yang begitu sulit bagi negara yang baru saja bangkit ketika itu, pemberontakan-pemberontakan yang terjadi dalam negeri sendiri karena ketidakpuasan rakyat seperti PKI Madiun, DI/TII, APRA, RMS, PRRI/Permesta,hingga G30S PKI, juga selanjutnya ada pemberontakan lain; GAM, OPM dan RMS, penjajahan secara implisit, bencana alam, budaya korupsi sebagai cermin rendahnya moral bangsa, berbagai pencurian; pencurian hasil hutan, hasil laut, hasil tambang hingga sengeketa dengan negara tetangga yang menyoalkan perbatasan sampai urusan kehilangan pulau pun pernah harus dihadapi Indonesia dengan tegar.
Indonesia tahun ini menginjak usia kemerdekaan yang ke-64. Namun kemajuan tak berjalan dengan mulus. Mungkin ini terjadi karena bangsa ini masih terbuai dengan arus yang disebut modernisasi dan globalisasi tanpa tahu makna yang sebenarnya hingga semangat perjuangan untuk membangun bangsa pun seolah memudar, makin lama sikap individualis dan tampilan 'kebarat-baratan' yang sangat tidak mencerminkan karakter bangsa pun makin nampak, tanpa hal positif yang berdampak besar bagi bangsa.
Tidak ada salahnya memang apabila Indonesia turut serta berperan aktif dalam mengikuti arus globalisasi, dari namanya saja dapat kita ketahui bahwa globalisasi adalah suatu proses yang melibatkan negara-negara di dunia. Indonesia tentu tidak ingin di-cap ketinggalan, namun tanpa memahami makna globalisasi secara menyeluruh, semua sikap yang disebut modernisasi atas nama globalisasi tidak ada artinya bagi bangsa yang ingin maju. Lalu, bagaimana caranya agar kita tak menjadi sekedar 'penonton yang terbuai' dalam acara globalisasi?
Aku sebagai warganegara Indonesia, sudah cukup akrab dengan dua kata yang cukup memukai itu, modernisasi dan globalisasi. Kemajuan teknologi pun dijanjikan menjadi sebuah terobosan hingga segalanya menjadi lebih mudah, informasi dan telekomunikasi tak lagi mengalami hambatan. Namun, sekali lagi itu semua tak kan berarti tanpa manusia-manusia Indonesia dengan otak dan hatinya. Ya, otak dan hati. Dua komponen tak ternilai harganya dan luar biasa dampaknya bagi Indonesia. Jika kinerja antara otak yang cerdas dan hati yang bersih telah terkoordinasi dengan baik, maka pemilik otak dan hati tersebut, layak disebut sebagai SDM Indonesia berkualitas.
Lihat, dengar dan rasakan apa saja yang telah diberikan negara ini pada kita, rakyatnya yang tercinta. Namun, jangan menunggu apa yang bisa negara lakukan untuk kita, karena itu akan menjadi penantian yang sia-sia. Semua yang kita rasakan sebagai keunggulan negeri tak lain tak bukan adalah hasil dari keberhasilan bangsa mengelolah semua 'modal berlimpah' warisan leluhur karunia Sang Pencipta. Jadi, seberapa kayanya pun alam Indonesia, jangan pernah bertanya "Apa yang bisa negara berikan untuk saya?" tapi tanyalah "Apa yang bisa aku lakukan untuk negeriku?", tanyakan itu pada dirimu!
Sebagai pelajar, yang bisa kulakukan saat ini tentu belajar. Lebih dari sekedar belajar bagaimana cara menghitung logaritma atau mengetahui pengertian konflik sosial. Melainkan, belajar dalam arti sesungguhnya. Belajar pada semua bidang kehidupan yang akan berpengaruh bagi kelangsungan hidup bangsa, pembangunan nasional yang selalu menjadi tujuan bangsa dalam prosesnya. Selain melatih otak untuk dapat berpikir secara cerdas, kreatif, inovatif atau bahkan revolusioner, juga melatih hati untuk dapat mencermati segala kesulitan bangsa dengan tingkah laku positif bermoral yang mencerminkan ketinggian akhlak dan budi bangsa. Melakukan apapun yang terbaik yang dapat diberikan untuk bangsa dan negara, menghadiahkan bangsa ini kemerdekaan yang sesungguhnya, dengan segenap daya upaya yang terbentuk dari persatuan dan kesatuan rakyat berkualitas.
Sesungguhnya, manusia Indonesia disebut SDM berkualitas jika ia dapat mengkoordinasikan kinerja otak dan hatinya dengan baik, dengan cara terbaik, dan hal terbaik bagi bangsa. Seorang warganegara belum bisa dikatakan berkualitas jika hanya karena ia memiliki otak encer dan kemampuan intelektual yang tinggi. Karena nyatanya, banyak warganegara yang kepintarannya tak diragukan lagi hingga dipercaya duduk dalam pemerintahan atau posisi penting lainnya seperti pejabat negara ternyata malah membua bangsa semakin terpuruk dengan korupsi yang dilakukannya. Majalah Warta e-Gov dan Globe Asia yang mencantumkan nama-nama pejabat terkaya di Indonesia pun dapat membuat kita sadar, terlepas dari cara mereka mendapatkan kekayaannya dengan cara bersih atau korupsi, bahwa sebenarnya betapa besarnya peranan mereka bagi sekitar 39,05 juta jiwa penduduk miskin di Indonesia. Mengutip kata-kata Sofyan A. Djalil, menteri negara BUMN di Kabinet Indonesia Bersatu yang melewati masa kecil sebagai orang miskin hingga mendapat julukan "james" yang artinya 'jaga mesjid' karena saat hijrah ke Jakarta ia menganggur dan sering tidur di masjid, dan sekarang tercatat sebagai pejabat negara yang juga tertera namanya sebagai pejabat terkaya di Indonesia "Janganlah kekayaan publik digunakan untuk memperkaya diri, karena itu tak kan cukup", kata-kata itulah yang dilontarkannya saat menanggapi namanya yang masuk dalam daftar pejabat terkaya. Itu sebuah pesan moral yang dapat dipercaya dan dapat dibenarkan kegunaannya.
Apabila kita mengaku sebagai warganegara yang baik, maka lakukanlah yang terbaik bagi bangsa. Jika kecerdasan dan intelektual mengantarkan kita pada posisi penting dengan peran di pemerintahan, maka lakukanlah apa yang seharusnya dilakukan sebagai pengabdian untuk negara, jika tidak duduk di pemerintahan pun, ribuan hal postif lain tetap dapat kita lakukan, pembangunan di segala bidang. Mendukung pemerintahan; kondisi yang kondusif antara pemerintah dan rakyat. Yang jelas, kita harus sadari peran kita sebagai abdi negara. Sesungguhnya Allah pun berfirman bahwa Ia menciptakan manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini. Merusak lingkungan, lingkungan apa pun itu, bukanlah perilaku seorang manusia seiring dengan sebutannya sebagai khalifah di bumi. Jadi, tak ada alasan bagi kita untuk hanya berdiam diri tak peduli dengan kemajuan yang sudah seharusnya dirasakan bangsa dari waktu ke waktu.

Selanjutnya »»

Live Trafic Map

Pencet DISINI.....!!!!!!!!